Latest News

Jumat, 07 April 2017

RAKSASA EKONOMI DUNIA, LEMAH





 Photo From Merdeka.com

Setelah mampu bertahan menerjang badai krisis di tahun 2008, di tahun 2013 China merasa efek kebijakan fiscal yang dilakukan untuk mempertahankan perekeonomiannya.Akibatnya total utang China bertambah cukup signifikan yang juga diikuti nilai ekspor mengalamin kelemahan tajam hingga saat ini.
Laju pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2012 tercatat 7,8% yang merupakan laju pertumbuhan terlemah selama 13 tahun terakhir. Pertumbuhan menurun selama tujuh kuartal berturut-turut, tetapi selama tiga bulan terakhir tahun 2012, pertumbuhan meningkat lagi.Nilai index saham China di pasar bursa yang terus melorot memicu ketakutan global. Krisis berkepanjangan dicemaskan akan melemahkan ekonomi dunia dan menyeret banyak Negara ke jurang resesi.
Bursa Shanghai China anjlok sampai 8%. Agar tidak semakin merosot, lebih dari 1.300 perusahaan meminta otoritas bursa menghentikan perdagangan tetapi hasilnya tidak membantu, bursa Shanghai ditutup turun 5,9%. Penurunan saham ini bukan hanya sekali terjadi karena dalam jangka waktu satu bulan bursa saham Shanghai telah mengalami penurunan lebih dari 30%. Penjelasan lebih luasnya adalah pertumbuhan ekonomi di China melambat dan ada kekhawatiran akan menganggu pasar.
Dugaan penyebab turunnya bursa Shanghai China salah satunya karena bursa Shanghai dari awal tahun naik terlalu tinggi, hingga tidak terlihat adanya korelasi antara sector finansial dengan sector rill.Pada kenaikan saham di bursa Shanghai pada awal tahun karena investor berharap pemerintah China menggelontorkan stimulus untuk membuat gelembung ekonomi bisa kempis secara bertahap, tetapi setelah data yang dilansir terakhir gelembung ekonomi bukan kempis secara bertahap melainkan pecah.

KRISIS

Adanya krisis ekonomi yang terjadi pada pasar saham di China disebabkan karena banyaknya investor membeli saham dengan utang.Dan ketika saham pertama mulai jatuh, banyak investor menjual saham mereka dengan cepat untuk melunasi hutang.Hal ini menjadi pemicu merosot tajam pasar saham China.Hingga memaksa Bank Sentral China untuk menurunkan suku bunga.Bahkan kondisi ini diperkirakan bisa lebih buruk.Penyelamatan pasar saham juga dilakukan oleh broker China dengan membeli saham di Shanghai Composite. Namun hal ini diyakini akan menimbulkan masalah baru.
Pasar saham China tenggelam dengan cepat beberapa waktu terakhir.China saat ini adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Eropa dan Amerika Serikat.Selain itu, China adalah salah satu konsumen komoditas terbesar dunia. Penurunan harga saham tentu akan mempengaruhi ekonomi dunia secara langsung.
Selain itu bukan hanya saham, namun harga komoditi lainnya juga ikut terpengaruh, terutama minyak mentah.Dan banyak yang menyalahkan Yunani dan penurunan nilai tukar Euro, tidak banyak yang berpikir kalau kondisi ini terjadi karena pengaruh kondisi di China.Harga minyak mentah sudah jatuh sepertiga saat mulai terjadi penurunan bursa saham.Namun jatuhnya harga saham di Cina juga ikut menaikkan beberapa mata uang yang dilihat sebagai investasi aman, seperti yen dan franc swiss.

DAMPAK

Dampak Bagi Negara China
Dampak langsung dari merosotnya harga saham di China sebenarnya dalam tingkat sedang.Hal itu dikarenakan di pasar China tidak begitu banyak investasi asing, sehingga tidak terlalu menjadi masalah.Menurut konsultan di London, Capital Economics, orang asing hanya punya 2% saham.Namun yang menjadi kekhawatiran ialah apakah ini menjadi cerminan masalah perlambatan ekonomi yang lebih besar di China yang berdasar pada evaluasi yuan awal bulan ini.

Dampak Bagi Penduduk China
Penduduk yang meminjam uang untuk membeli saham mengalami dampak terparah.Tapi menurut kebanyakan warga China, masalah yang lebih besar adalah kesehatan ekonomi Negara tersebut.Jika China bisa melakukan transisi ke tingkat pertumbuhan yang lebih lambat dan lebih berkelanjutan, ekonomi masih cukup cepat untuk meningkatkan standar hidup buat sebagian besar orang. Perlambatan yang lebih mengganggu akan menyebabkan kegagalan bisnis dan kehilangan pekerjaan bagi para penduduk China.

Dampak Bagi Ekonomi Global
“Perlambatan ekonomi di China adalah ancaman terbesar ekonomi dunia”, ujar mantan kepala ekonom Dana Moneter Internasional, IMF.
Bank of International Settlements atau lembaga penelitian global untuk bank-bank sentral, mengatakan bahwa rasio utang China pada Produk Domestik Bruto (PDB) berada di 30,1%, menambah ketakutan bahwa ledakan ekonomi China berdasar pada gelembung kredit yang tidak stabil.
Berikut adalah rincian yang paling terpengaruhi akibat ekonomi melambat :
1.      Ekspor Komoditas
Negara paling terpengaruh oleh perlambatan ekonomi China mungkin bagi mereka yang mengekspor terbesar ke China terutama eksportir komoditas seperti Australia. Permintaan China menurun untuk bahan mentah dan komoditas akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Negara eksportir komoditas tersebut.
Demikian juga Negara sub-sahara Afrika. Tetapi ada sejumlah dampak Negara yang akan terkonsentrasi antara lain Angola, Kongo, Guinea, Republik Demokratik Kongo dan Afrika Selatan. Seiring pertumbuhan China melambat, impor pun telah jatuh sebesar 8% dari tahun lalu seperti yang terlihat dalam data Juli 2015.Sebelumnya impor juga turun sebesar 6% pada bulan Juni.Ekonomi China melambat berdampak terhadap harga komoditas yang tertekan. Ini juga menyebabkan puluhan ribu pegawai kehilangan pekerjaan terutama perusahaan minyak dan batu bara
2.      Eropa
Tidak hanya komoditas yang menurun, impor modal juga telah jatuh sehingga mempengaruhi Negara-negara seperti Jerman.Ekspor Jerman ke China mencapai sekitar 2% dari PDB. Karena pihak Jerman sendiri menyumbang sebagian besar ekspor Uni Eropa ke China sehingga Negara-negara yang ada di Eropa juga akan merasakan dampaknya. Jadi perlambatan ekonomi di China akan mempengaruhi Eropa yang juga dirasakan perusahaan seperti BMW. Apalagi penjualan perusahaan tersebut melambat di China.
3.      Amerika Serikat
Ekspor dari AS ke China sebaliknya adalah kurang dari 1 % dari PDB.Hal ini berlawanan dengan Jepang yang ekspornya mencapai 3% dari PDB. Tetapi hal tersebut diyakinkan bahwa tidak akan mempengaruhi perusahaan multinasional AS. Misalnya Apple, penjualan Apple ke China lebih besar dari pada AS.
4.      Pasar Keuangan
Perlambatan China paling tampak terlihat di pasar keuangan.Pasar saham China sebagaian besar tertutup untuk investor luar sehingga tidak memiliki dampak langsung untuk investor global.
KEBIJAKAN
China tidak terlepas dari kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintahnya, yaitu aliran modal yang masuk ke dalam negeri dan system nilai tukar tetap yang diberlakukan oleh China.Pemerintah mempunyai beberapa opsi untuk menstimulasi ekonomi yang bisa berdampak pada pasar saham, seperti :
-          Memberlakukan pemotongan suku bunga.
-          Mengurangi aturan-aturan pinjaman di bank.
-          Meningkatkan belanja.
-          Mendorong yuan turun lebih jauh lagi untuk mendorong ekspor.
Adapun yang dilakukan oleh Bank Sentral China untuk terus melanjutkan berbagai langkah ekonomi untuk mencegah krisis finansial di Negara ini. Bank Sentral China merilis pernyataan bahwa tingkat suku bunga pinjaman dan deposito akan diturunkan hingga 25 poin sehingga mampu membantu perusahaan dan pabrik untuk meningkatkan produksi serta mereduksi resiko perdagangan dan produksi di Negara ini. Fluktuasi di pasar saham China serta anjloknya indeks hingga 9% dalam beberapa hari terakhir. Bersamaan dengan kebijakan tersebut, polisi China juga meningkatkan operasi menindak kejahatan pencucian uang dan lembaga-lembaga finansial illegal termasuk bank-bank “bawah tanah” di Negara ini, yang menurut pada pejabat Beijing mereka berusaha merusak system ekonomi Negara.
Mengingat perekonomian China sebagai salah satu factor pertumbuhan ekonomi dunia, sangat penting untuk banyak kekuatan ekonomi dan bahkan perusahaan-perusahaan dunia, maka masalah yang muncul juga akan memperngaruhi perekonomian global. Sekarang perhatian dunia sedang focus pada upaya dan langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah China.
Untuk mengatasi krisis ekonomi di China, pemerintah China mengeluarkan berbagaikebijakan :
1.      Kebijakan Moneter Kuantitatif
Bank Sentral China membuat kebijakan memangkas suku bunga acuan untuk pinjaman sebesar 25 poin. Sejak November 2014 Bank Sentral China telah melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebanyak 3 kali.Karena penurunan suku bunga acuan untuk pinjaman bisa meredakan angka kredit bermasalah sekaligus bisa mendorong peningkatan ekonomi.
2.      Kebijakan Moneter Kualitatif
Mengawasi bentuk-bentuk pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank perdagangan.Tujuan utama kebijakan ini bukan untuk mengawasi perkembangan penawaran uang melainkan untuk mempengaruhi jenis-jenis pinjaman yang diberikan institusi keuangan.Ini memungkinkan Bank Sentral menggalakan pertumbuhan ekonomi ke arah yang diharapkan.
3.      Kebijakan Fiskal
Pemerintah China mengeluarkan kebijakan Fiskal Ekspansif yang bertujuan untuk meyakinkan para investor bahwa pemerintah China mengawasi hutang-hutangnya.Ekonomi China terpengaruh oleh pemulihan ekonomi global yang lemah dan kendala domestic yang dihadapi termasuk kebutuhan untuk mengurangi tingkat hutang secara bertahap.
4.      Kebijakan Menekan Pengeluaran
Langkah pemerintah untuk menstabilkan neraca pembayaran yang sedang dalam keadaan deficit dengan melakukan tindakan –tindakan yang akan mengurangi pengeluaran agregat. Kebijakan menekan dapat dilaksanakan dengan mengambil salah satu atau gabungan langkah seperti :
§  Menaikkan pajak pendapatan
§  Menaikkan tingkat bunga
§  Mengurangi pengeluaran pemerintah
5.      Kebijakan Memindahkan Pengeluaran
Tindakan pemerintah untuk menstabilkan sector luar negeri yang sifatnya mendorong masyarakat mengurangi impor, melakukan konsumsi yang lebih banyak ke atas barang – barang buatan dalam negeri dan meningkatkan ekspor.
6.      Melakukan devaluasi mata uang Yuan ( penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri). China melakukan devaluasi mata uang Yuan sebesar hamper 3% terhadap dollar AS. Walau hanya 3% penurunan tersebut merupakan penurunan terbesar sejak 1994. Devaluasi Yuan tersebut terjadi setelah China merilis data ekspor yang mengalami penurunan 8,3% pada Juli 2015. Pelemahan mata uang ini diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekspor China dan meningkatkan daya saing produk domestic.
Dampak yang ditimbulkan dari devaluasi Yuan yaitu :
§  Negara yang mengekspor produk ke China akan dirugikan
§  Negara yang mengimpor banyak produk dari China akan diuntungkan.
§  Penurunan nilai tukar yuan dapat memicu terjadinya currency war (perang mata uang).
§  Menimbulkan dugaan pelemahan ekonomi China akan berlanjut. Berdampak pada penurunan harga komoditas.
§  Menimbulkan spekulasi akan penundaan kenaikan suku bunga AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

logo

logo

Website Universitas Pamulang

Recent Post