Photo From Merdeka.com
Setelah
mampu bertahan menerjang badai krisis di tahun 2008, di tahun 2013 China merasa
efek kebijakan fiscal yang dilakukan untuk mempertahankan
perekeonomiannya.Akibatnya total utang China bertambah cukup signifikan yang juga
diikuti nilai ekspor mengalamin kelemahan tajam hingga saat ini.
Laju
pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2012 tercatat 7,8% yang merupakan laju
pertumbuhan terlemah selama 13 tahun terakhir. Pertumbuhan menurun selama tujuh
kuartal berturut-turut, tetapi selama tiga bulan terakhir tahun 2012,
pertumbuhan meningkat lagi.Nilai index saham China di pasar bursa yang terus
melorot memicu ketakutan global. Krisis berkepanjangan dicemaskan akan
melemahkan ekonomi dunia dan menyeret banyak Negara ke jurang resesi.
Bursa
Shanghai China anjlok sampai 8%. Agar tidak semakin merosot, lebih dari 1.300
perusahaan meminta otoritas bursa menghentikan perdagangan tetapi hasilnya
tidak membantu, bursa Shanghai ditutup turun 5,9%. Penurunan saham ini bukan
hanya sekali terjadi karena dalam jangka waktu satu bulan bursa saham Shanghai
telah mengalami penurunan lebih dari 30%. Penjelasan lebih luasnya adalah
pertumbuhan ekonomi di China melambat dan ada kekhawatiran akan menganggu
pasar.
Dugaan
penyebab turunnya bursa Shanghai China salah satunya karena bursa Shanghai dari
awal tahun naik terlalu tinggi, hingga tidak terlihat adanya korelasi antara
sector finansial dengan sector rill.Pada kenaikan saham di bursa Shanghai pada
awal tahun karena investor berharap pemerintah China menggelontorkan stimulus
untuk membuat gelembung ekonomi bisa kempis secara bertahap, tetapi setelah
data yang dilansir terakhir gelembung ekonomi bukan kempis secara bertahap
melainkan pecah.
KRISIS
Adanya
krisis ekonomi yang terjadi pada pasar saham di China disebabkan karena
banyaknya investor membeli saham dengan utang.Dan ketika saham pertama mulai
jatuh, banyak investor menjual saham mereka dengan cepat untuk melunasi
hutang.Hal ini menjadi pemicu merosot tajam pasar saham China.Hingga memaksa
Bank Sentral China untuk menurunkan suku bunga.Bahkan kondisi ini diperkirakan
bisa lebih buruk.Penyelamatan pasar saham juga dilakukan oleh broker China
dengan membeli saham di Shanghai Composite. Namun hal ini diyakini akan
menimbulkan masalah baru.
Pasar
saham China tenggelam dengan cepat beberapa waktu terakhir.China saat ini
adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Eropa dan Amerika Serikat.Selain itu,
China adalah salah satu konsumen komoditas terbesar dunia. Penurunan harga
saham tentu akan mempengaruhi ekonomi dunia secara langsung.
Selain
itu bukan hanya saham, namun harga komoditi lainnya juga ikut terpengaruh,
terutama minyak mentah.Dan banyak yang menyalahkan Yunani dan penurunan nilai
tukar Euro, tidak banyak yang berpikir kalau kondisi ini terjadi karena
pengaruh kondisi di China.Harga minyak mentah sudah jatuh sepertiga saat mulai
terjadi penurunan bursa saham.Namun jatuhnya harga saham di Cina juga ikut
menaikkan beberapa mata uang yang dilihat sebagai investasi aman, seperti yen
dan franc swiss.
DAMPAK
Dampak
Bagi Negara China
Dampak
langsung dari merosotnya harga saham di China sebenarnya dalam tingkat
sedang.Hal itu dikarenakan di pasar China tidak begitu banyak investasi asing,
sehingga tidak terlalu menjadi masalah.Menurut konsultan di London, Capital
Economics, orang asing hanya punya 2% saham.Namun yang menjadi kekhawatiran
ialah apakah ini menjadi cerminan masalah perlambatan ekonomi yang lebih besar
di China yang berdasar pada evaluasi yuan awal bulan ini.
Dampak
Bagi Penduduk China
Penduduk
yang meminjam uang untuk membeli saham mengalami dampak terparah.Tapi menurut
kebanyakan warga China, masalah yang lebih besar adalah kesehatan ekonomi
Negara tersebut.Jika China bisa melakukan transisi ke tingkat pertumbuhan yang
lebih lambat dan lebih berkelanjutan, ekonomi masih cukup cepat untuk
meningkatkan standar hidup buat sebagian besar orang. Perlambatan yang lebih
mengganggu akan menyebabkan kegagalan bisnis dan kehilangan pekerjaan bagi para
penduduk China.
Dampak
Bagi Ekonomi Global
“Perlambatan
ekonomi di China adalah ancaman terbesar ekonomi dunia”, ujar mantan kepala
ekonom Dana Moneter Internasional, IMF.
Bank
of International Settlements atau lembaga penelitian global untuk bank-bank
sentral, mengatakan bahwa rasio utang China pada Produk Domestik Bruto (PDB)
berada di 30,1%, menambah ketakutan bahwa ledakan ekonomi China berdasar pada
gelembung kredit yang tidak stabil.
Berikut
adalah rincian yang paling terpengaruhi akibat ekonomi melambat :
1. Ekspor
Komoditas
Negara
paling terpengaruh oleh perlambatan ekonomi China mungkin bagi mereka yang
mengekspor terbesar ke China terutama eksportir komoditas seperti Australia.
Permintaan China menurun untuk bahan mentah dan komoditas akan berdampak
terhadap pertumbuhan ekonomi Negara eksportir komoditas tersebut.
Demikian
juga Negara sub-sahara Afrika. Tetapi ada sejumlah dampak Negara yang akan
terkonsentrasi antara lain Angola, Kongo, Guinea, Republik Demokratik Kongo dan
Afrika Selatan. Seiring pertumbuhan China melambat, impor pun telah jatuh
sebesar 8% dari tahun lalu seperti yang terlihat dalam data Juli
2015.Sebelumnya impor juga turun sebesar 6% pada bulan Juni.Ekonomi China
melambat berdampak terhadap harga komoditas yang tertekan. Ini juga menyebabkan
puluhan ribu pegawai kehilangan pekerjaan terutama perusahaan minyak dan batu
bara
2. Eropa
Tidak
hanya komoditas yang menurun, impor modal juga telah jatuh sehingga
mempengaruhi Negara-negara seperti Jerman.Ekspor Jerman ke China mencapai
sekitar 2% dari PDB. Karena pihak Jerman sendiri menyumbang sebagian besar
ekspor Uni Eropa ke China sehingga Negara-negara yang ada di Eropa juga akan
merasakan dampaknya. Jadi perlambatan ekonomi di China akan mempengaruhi Eropa
yang juga dirasakan perusahaan seperti BMW. Apalagi penjualan perusahaan
tersebut melambat di China.
3. Amerika
Serikat
Ekspor
dari AS ke China sebaliknya adalah kurang dari 1 % dari PDB.Hal ini berlawanan
dengan Jepang yang ekspornya mencapai 3% dari PDB. Tetapi hal tersebut
diyakinkan bahwa tidak akan mempengaruhi perusahaan multinasional AS. Misalnya
Apple, penjualan Apple ke China lebih besar dari pada AS.
4. Pasar
Keuangan
Perlambatan
China paling tampak terlihat di pasar keuangan.Pasar saham China sebagaian
besar tertutup untuk investor luar sehingga tidak memiliki dampak langsung
untuk investor global.
KEBIJAKAN
China
tidak terlepas dari kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintahnya,
yaitu aliran modal yang masuk ke dalam negeri dan system nilai tukar tetap yang
diberlakukan oleh China.Pemerintah mempunyai beberapa opsi untuk menstimulasi
ekonomi yang bisa berdampak pada pasar saham, seperti :
-
Memberlakukan pemotongan
suku bunga.
-
Mengurangi
aturan-aturan pinjaman di bank.
-
Meningkatkan belanja.
-
Mendorong yuan turun
lebih jauh lagi untuk mendorong ekspor.
Adapun
yang dilakukan oleh Bank Sentral China untuk terus melanjutkan berbagai langkah
ekonomi untuk mencegah krisis finansial di Negara ini. Bank Sentral China
merilis pernyataan bahwa tingkat suku bunga pinjaman dan deposito akan
diturunkan hingga 25 poin sehingga mampu membantu perusahaan dan pabrik untuk
meningkatkan produksi serta mereduksi resiko perdagangan dan produksi di Negara
ini. Fluktuasi di pasar saham China serta anjloknya indeks hingga 9% dalam
beberapa hari terakhir. Bersamaan dengan kebijakan tersebut, polisi China juga
meningkatkan operasi menindak kejahatan pencucian uang dan lembaga-lembaga
finansial illegal termasuk bank-bank “bawah tanah” di Negara ini, yang menurut
pada pejabat Beijing mereka berusaha merusak system ekonomi Negara.
Mengingat
perekonomian China sebagai salah satu factor pertumbuhan ekonomi dunia, sangat
penting untuk banyak kekuatan ekonomi dan bahkan perusahaan-perusahaan dunia,
maka masalah yang muncul juga akan memperngaruhi perekonomian global. Sekarang
perhatian dunia sedang focus pada upaya dan langkah-langkah yang diambil oleh
Pemerintah China.
Untuk mengatasi krisis ekonomi di China,
pemerintah China mengeluarkan berbagaikebijakan :
1. Kebijakan
Moneter Kuantitatif
Bank Sentral China
membuat kebijakan memangkas suku bunga acuan untuk pinjaman sebesar 25 poin.
Sejak November 2014 Bank Sentral China telah melakukan pemangkasan suku bunga
acuan sebanyak 3 kali.Karena penurunan suku bunga acuan untuk pinjaman bisa
meredakan angka kredit bermasalah sekaligus bisa mendorong peningkatan ekonomi.
2. Kebijakan
Moneter Kualitatif
Mengawasi bentuk-bentuk
pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank perdagangan.Tujuan utama
kebijakan ini bukan untuk mengawasi perkembangan penawaran uang melainkan untuk
mempengaruhi jenis-jenis pinjaman yang diberikan institusi keuangan.Ini
memungkinkan Bank Sentral menggalakan pertumbuhan ekonomi ke arah yang
diharapkan.
3. Kebijakan
Fiskal
Pemerintah China
mengeluarkan kebijakan Fiskal Ekspansif yang bertujuan untuk meyakinkan para
investor bahwa pemerintah China mengawasi hutang-hutangnya.Ekonomi China
terpengaruh oleh pemulihan ekonomi global yang lemah dan kendala domestic yang
dihadapi termasuk kebutuhan untuk mengurangi tingkat hutang secara bertahap.
4. Kebijakan
Menekan Pengeluaran
Langkah pemerintah
untuk menstabilkan neraca pembayaran yang sedang dalam keadaan deficit dengan
melakukan tindakan –tindakan yang akan mengurangi pengeluaran agregat.
Kebijakan menekan dapat dilaksanakan dengan mengambil salah satu atau gabungan
langkah seperti :
§ Menaikkan
pajak pendapatan
§ Menaikkan
tingkat bunga
§ Mengurangi
pengeluaran pemerintah
5. Kebijakan
Memindahkan Pengeluaran
Tindakan pemerintah
untuk menstabilkan sector luar negeri yang sifatnya mendorong masyarakat
mengurangi impor, melakukan konsumsi yang lebih banyak ke atas barang – barang buatan
dalam negeri dan meningkatkan ekspor.
6. Melakukan
devaluasi mata uang Yuan ( penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata
uang luar negeri). China melakukan devaluasi mata uang Yuan sebesar hamper 3%
terhadap dollar AS. Walau hanya 3% penurunan tersebut merupakan penurunan
terbesar sejak 1994. Devaluasi Yuan tersebut terjadi setelah China merilis data
ekspor yang mengalami penurunan 8,3% pada Juli 2015. Pelemahan mata uang ini
diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekspor China dan meningkatkan daya saing
produk domestic.
Dampak yang ditimbulkan
dari devaluasi Yuan yaitu :
§ Negara
yang mengekspor produk ke China akan dirugikan
§ Negara
yang mengimpor banyak produk dari China akan diuntungkan.
§ Penurunan
nilai tukar yuan dapat memicu terjadinya currency war (perang mata uang).
§ Menimbulkan
dugaan pelemahan ekonomi China akan berlanjut. Berdampak pada penurunan harga
komoditas.
§ Menimbulkan
spekulasi akan penundaan kenaikan suku bunga AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar